Suarabaya. AMsadad.com. Biografi Lengkap KH. Ahmad Asrori Utsman Al-Ishaqi adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding Surabaya, sekaligus mursyid akbar Thoriqoh Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Beliau wafat pada hari selasa, tanggal 26 Sya’ban 1430/18 Agustus 2009, sekitar pukul 02.20 WIB.

KH. Ahmad Asrori Al-ishaqi merupakan putra dari Kyai Utsman Al-Ishaqi. Beliau mengasuh Pondok Pesantren Al-Fithrah Kedinding Surabaya, kelurahan Kedinding Lor terletak di Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.
Di atas tanah kurang lebih 2,5 hektar berdiri Pondok Pesantren Al-Fithrah yang diasuh Kiai Ahmad Asrori, putra Kiai Utsman Al-Ishaqy.
Nama Al-Ishaqy dinisbatkan kepada Maulana Ishaq, ayah Sunan Giri, karena Kiai Utsman masih keturunan Sunan Giri.
Semasa hidup, Kiai Utsman adalah mursyid Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah.
Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah dikenal sebagai tarekat yang penting dan memiliki penyebaran paling luas dan cabang-cabangnya bisa ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan Mesir di belahan barat serta Indonesia dan Cina di belahan timur.
Sepeninggal Kiai Utsman tahun 1984, atas penunjukan langsung Kiai Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan kedudukan mursyid ayahnya. Ketokohan Kiai Asrori berawal dari sini.
Tugas sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata bukan perkara mudah. Banyak pengikut Kiai Utsman yang menolak mengakui Kiai Asrori sebagai pengganti yang sah.
Sebuah riwayat menceritakan bahwa para penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988 berangkat meninggalkan Surabaya menuju Kebumen untuk melakukan baiat kepada Kiai Sonhaji.
Tidak diketahui dengan pasti bagaimana sikap Kiai Asrori terhadap aksi tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kiai Arori tak surut.
Ia mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor, sebuah pesantren dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning.
Ia juga menggagas Al-Khidmah yaitu sebuah jamaah yang sebagian anggotanya adalah pengamal tarekat Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah.
Pelan tapi pasti organisasi ini mendapatkan banyak pengikut. Saat ini diperkirakan jumlah mereka jutaan orang, tersebar luas di banyak provinsi di Indonesia, hingga Singapura dan Filipina.
Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, Kiai Asrori terbukti mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari ayahnya.
Bahkan lebih dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ke suatu posisi yang mungkin tak pernah ia bayangkan.
Kiai Asrori adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan agamanya dalam dan kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana.
Tutur katanya lembut namun seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati pendengarnya.
Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kiai Asrori telah menunjukkan keistimewaan-keistimewaan. seperti membaca kitab kuning gundul (kitab yang tidak ada kharokatnya) karena di ketahui kiai asrori jarang sekali belajar. wallahu A’lam.
Ayahnya sendiri juga kagum atas kepintaran anaknya. Suatu ketika Kiai Utsman pernah berkata “seandainya saya bukan ayahnya, saya mau kok ngaji kepadanya”.
Barangkali itulah yang mendasari Kiai Utsman untuk menunjuk Kiai Asrori (bukan kepada anak-anaknya yang lain yang lebih tua) sebagai penerus kemursyidan Tarekat Qadiriyah Naqsyabandiyah padahal saat itu Kiai Asrori masih relatif muda berumur 30 tahun.

Meninggalnya beliau ini membuat ribuan santri dan jamaahnya merasa sangat kehilangan sosok yang di idolakan. Tidak sedikit pula yang harus meneteskan air mata.
Ribuan jamaah dari seluruh pelosok Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Hongkong dan Australia berdatangan memenuhi area masjid dan pesantren untuk melantunkan doa tahlil dan Yasinan di depan pusara makam Pimpinan Tarekat Qodiriyah Wanaqsabandiyah Al Usmaniyah.
Kyai Asrori merupakan putra keenam dari mursyid thoriqoh KH. Utsman Alishaqi. Beliau merupakan generasi penerus ayahandanya untuk mengajarkan thoriqoh kepada masyarakat.
Jamaahnya mencapai puluhan ribu orang berasal dari berbagai kalangan mulai dari petani hingga pejabat. Fatwa dan pandangan beliau sangat diperhatikan dan dipatuhi.
Thoriqot yang dipimpinnya bersifat apolitis. Yang diutamakan adalah membina masyarakat melalui jalur kultural, sosial, dan keagamaan serta jauh dari tarikan politik
Jika dirunut, Kiai Ahmad Asrori memiliki darah keturunan hingga Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasallam yang ke 38, yakni Ahmad Asrori putra Kiai Utsman Al Ishaqi – Surati – Abdullah – Mbah Deso – Mbah Jarangan – Ki Ageng Mas – Ki Panembahan Bagus – Ki Ageng Pangeran Sedeng Rana – Panembahan Agung Sido Mergi – Pangeran Kawis Guo – Fadlullah Sido Sunan Prapen – Ali Sumodiro – Muhammad Ainul Yaqin Sunan Giri – Maulana Ishaq – Ibrahim Al Akbar – Ali Nurul Alam – Barokat Zainul Alam – Jamaluddin Al Akbar Al Husain – Ahmad Syah Jalalul Amri – Abdullah Khan – Abdul Malik – Alawi – Muhammad Shohib Mirbath – Ali Kholi’ Qasam – Alawi – Muhammad – Alawi – Ubaidillah – Ahmad Al Muhajir – Isa An Naqib Ar Rumi – Muhammad An Naqib – Ali Al Uraidli – Ja’far As Shodiq – Muhammad Al Baqir – Ali Zainal Abidin – Hussain Bin Ali – Ali Bin Abi Thalib / Fathimah Binti Rasulullah SAW.
Kiai Asrori adalah pribadi yang istimewa, sosok seorang ulama kharismatik yang ikhlas dan jujur, Pengetahuan agamanya dalam, mempunyai haibah yang luar biasa.
Sosoknya sederhana, tutur katanya lembut namun mampu menerobos relung hati para pendengarnya. Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kiai Asrori telah menunjukkan keistimewaan-keistimewaan dan tanda-tanda menjadi panutan.
Masa mudanya dihabiskan untuk menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Kala itu Kiai Asrori muda yang badannya kurus karena banyak tirakat dan berambut panjang memiliki geng bernama “orong-orong”, bermakna binatang yang keluarnya malam hari.
Jama’ahnya rata-rata anak jalanan alias berandalan yang kemudian diajak mendekatkan diri kepada Allah lewat ibadah pada malam hari. Meski masih muda,
Kiai Asrori adalah tokoh yang karismatik dan disegani berbagai pihak, termasuk para pejabat dari kalangan sipil maupun militer.
Dakwahnya dimulai dengan membangun masjid, secara perlahan dari uang yang berhasil dikumpulkan, sedikit demi sedikit tanah milik warga di sekitarnya ia beli, sehingga kini luasnya mencapai 2,5 hektar lebih.
Dikisahkan, ada seorang tamu asal Jakarta yang cukup ternama dan kaya raya bersedia membantu pembangunan masjid dan pembebasan lahan sekaligus,
tapi Kiai Asrori mencegahnya. “Terima kasih, kasihan orang lain yang mau ikutan menyumbang, pahala itu jangan diambil sendiri, lebih baik dibagi-bagi”, ujarnya.
Beliau adalah sosok yang tidak banyak menuntut pelayanan layaknya orang besar, bahkan terkadang beliau sendiri yang menyajikan suguhan untuk tamu, dakwahnya sangat menyejukkan hati dan selalu dinanti.
Itulah Kiai Asrori, keberhasilannya boleh jadi karena kepribadiannya yang moderat dan ramah.
Di samping kapasitas keilmuan yang sangat dalam. Murid-muridnya yang telah menyatakan baiat ke Kiai Asrori tidak lagi terbatas kepada masyarakat awam yang telah berusia lanjut saja,
Akan tetapi telah menembus ke kalangan remaja, eksekutif, birokrat hingga para selebritis ternama.
Jama’ahnya tidak lagi terbatas kepada para pecinta thariqah sejak awal, melainkan telah melebar ke komunitas yang pada mulanya justru asing dengan thariqah. Di ambil dari beberapa sumber.
Wallahu A’lam Wassalamualaikum

Kami mohon maaf jika ada iklan
karena iklan di blog ini itu otomatis dari pihak google bukan dari kami